Utopia dalam Arsitektur (mengupasnya dalam bentuk lain)


Ketentuan membaca... !!!
Akan di mulai dengan sedikit pengenalan salah satu era di arsitektur ya, yang ingin saya bagikan bukan hanya konten dari zaman itu namun harapannya dapat memberikan gambaran mengapa zaman-zaman itu muncul dan out come-nya berupa mindset berfikir para pembaca akan lebih terarah hingga tulisan ini dapat diambil manfaatnya ^^

Arsitektur modern muncul sebagai bentuk perayaan terhadap zaman baru yang lebih berilmu pengetahuan dengan kondisi masyarakat yang lebih adil;  salah satu pengertian dari arsitektur modern adalah sebuah sikap untuk menyempurnakan pembangunan yang selama ini memiliki banyak kekurangan, meski masa depan masih tidak bisa diramalkan. Ni perkataanya Mbah Colin Rowe dan Fred Koetter tahun 1978.

Nah pada zaman modern ini ni yang namanya bangunan serba “minimalis” itu muncul, mungkin yang lebih mudah dipahami disini juga warna “abu-abu” yang awalnya bukanlah sebuah warna lahir dengan selamat kedunia akibat keinginan kehidupan yang serba sederhana (dinding gak dicat warnanya abu-abu kan? ^^) kenapa ingin sederhana?  Karena pada zaman sebelumnya (red: Clasic) semuanya serba rumit; Ukiran rumit, bangunan rumit. (kajian ini bisa meluas, jadi mohon stop saya untuk tidak meluaskannya hingga betul-betul luas) :D

Nah sekarang kita masuk ke Utopia

Utopia sebagai hiburan: meski tidak memiliki wilayah yang nyata, Utopia merupakan sebuah kawasan yang fantastis yang tidak terpengaruh keterungkapan, Utopia membuka kota-kota dengan jalan-jalan yang luas, taman yang megah, negara-negara dengan kehidupan yang sejahtera, meski meewujudkannya membutuhkan dana yang besar...

Utopia sebagai dongeng dan wacana: Utopia dijalankan melalui bahasa dan bagian dari dimensi fundamental dari fabula. Georges Teyssot. “Heterotopias and the History of Spaces, “A + U Architecture + Urbanism, October 1980:81)

Hal ini berkaitan dengan sikap utopia yang dapat berubah-ubah untuk menyelesaikan sebuah masalah dengan cepat. Tetapi seperti pada lempengan pencakar langit Gropius di taman, yang awalnya tampak ideal bagi orang Eropa Barat bahkan sampai Amerika haute-borgeoisie hanya bertahan dua puluh atau tiga puluh tahun lalu (ditulis tahun 1974), perencanaan yang telah ditinggalkan oleh perancangnya, utopia lusuh ini menjadi contoh untuk ledakan terbesar dalam sejarah dunia... Joseph Rykwert. 1982:104


Dunia-dunia ternyata sesuatu yang dianggap utopia belum tentu sempurna jika diwujudkan, btw pada tau utopia itu apa gak? J

Utupia adalah masa depan ideal yang tak akan mungkin bisa tergapai, seperti harapan arsitetkur yang bisa meneylesaikan semua masalah, dalam sejarah arsitektur, salah satunya dikenal dengan aliran futursm (italia) manireti, sint Ellia, sebuah disain arsitetkur yang masih dalam konsep dan gambar.

dalam filsafat utupia itu benihnya adalah aliran idealis, berasal dari kata ideal, eidios(latin), yang maknanya sempurna. Alam ide kata plato ”...alam sempurna yang tak akan ditemui di alam real sekarang. (hanya jumpa di surga, atau alamroh, atau diluar alam materi), lawannya alam material, alam pengalaman, empirism...”

Meski tak pernah tercapai. Utopia memberi semangat, gairah dan harapan. Hal ini menyangkut mengenai konsep-konsep kesempurnaan, seperti membayangkan bentuk yang bulat dalam konsep-konsep platonik, bentuk-bentuk geomtri, dalam alam nyata kita tidak akan dapat menjumpai bentuk yang benar-benar bulat, benar-benar persegi dan benar-benar segituga, dalam konteks sains dan rasionalitas bentuk-bentuk ini diwakilkan dalam kaidah matematika.

Walau utupia tersebut idealis, cara praktis tetap coba digunakan untuk mencapainya agar ada contoh, walau tidak sempurna betul, sebagai contoh yang coba diujudkan dengan Piramid, Istana raja-raja, tempat-tempat pemujaan. Pada akhirnya, bukan tujuan (ideal, utupia) yang penting, tapi bagaimana gairah untuk mencapai utupia itulah yang penting, proses lebih bermakna dan lebih penting dari tujuan (hasil). Utupia hanya sebagai pengarah, cita-cita, pemberi harapan agar proses kemajuan, transformasi, evolusi, bahkan revolusi berlangsung ''way be coming'' (selalu) dalam proses menjadi, bukan jadiannya. Sebagaimana kita beragama, percaya pada hal-hal ideal, kitab-kitab ideal karena ada tujuan ideal di sana.

Seluruh cita-cita manusia sedikit demi sekdikit bisa tercapai,sepenggal demi sepenggal bisa mengungkai dunia, berawal dari utupia, dulu Leonardo da Vinci membayangkan sebuah helikopter, pesawat terbang dengan gambar-gambarnya dan abad 20 cita-citanya tersebut bisa tercapai, dulu sebagaian besar orang tak akan percaya hal tersebut bisa terwujud, sama seperti membayangkan manusia bisa pergi ke bulan di era abad 18 bahkan abad 19.

Utopia mirip dengan konsep limit dalam matematika, hampir-hampir tapi tak pernah kena-kena, selalu nyaris, hingga kita bersemangat dan penasaran untuk terus mendekatinya, karya-karya monumental seperti contoh-contoh di atas adalah yang hampir-hampir tadi, tapi karena hakikatnya manusia tak pernah puas, dan juga alam real tak kan pernah sempurna, maka utopia tak kan pernah diraih, tapi sekadar nyaris yang berterusan (konsep limit) tetap bisa digapai.

Awal Mula Utopia, Utopia berasal dari kata ou, tidak dan topos, tempat dan berarti “tidak-bertempat”, untuk mendeskribsikan impian Sir Thomas More’s Latin tentang pandangan politiknya “Utopia”, pada tahun 1516, “Mencakup banyak pemikiran tentang Inggris masa kini” (Rosenau 1959:41). Sampai saat ini, ini masih digunakan untuk menjelaskan tentang Negara atau kehidupan jauh mendatang, negara, Wilayah, tempat atau kondisi, Utopia selalu merujuk pada titik ideal. Yang tidak dapat dijelaskan oleh kamus adalah bagaimana Utopia sebuah bentuk prilaku sosial, tidak hanya dalam Arsitektur, utopia dapat di identifikasi dalam beragam ilmu. Yang terbaru pada tahun 1940 Persatuan Peneliti Amerika dan perusahaan pengembangan Teknologi, dibawah asuhan Bertram dan Bogardus, mengajukan persi baru untuk tujuan dasar sosial yang didsarkan pada struktur atom.

Colin Rowe dan Fred Koetter (1978) membagi Utopia dalam dua tipe, Clasiccal Utopia, ‘Sebuah tujuan dari perenungan’ dimana sebuah kota yang ideal ketika seluruh bentuk arsitekturalnya sama. Dan Activist utopia, ‘sebuah rancangan untuk masa depan’ atau ‘sebuah instrumen pada perubahan sosial’, arsitektur disini disamakan dengan tiap arsitek atau perencana menciptakan sejak masa pencerahan sampai menju pada kesempurnaan.

Tanggapan. Tulisan arsitektur kini melanjutkan mengguanakan ‘Utopian’ untuk mendukung atau menutup hal umum mengenai semua hal yang menyangkut tentang Uban atau arsitektur yang diuar kebiasaan, berbeda, dan sering dilihat. Pada kenyataannya, lebih dari satu generasi yang lalu Banham menyatakan kata ini telah disalah gunakan oleh Conrads dan Sperlich (Fantastic Architecture, 1960) pada kalimat “bentuk konvensional yang tidak rapi di sebut dengan kata “utopia” yang berarti lebih kecil dari sebuah tujuan atau peningkatan; sebagian dari proyek tidak diskusikan ini merupakan masalah serius untuk terlibat dalam masalah proporsi baru  secara menyeluruh dan kehidupan sosial disempurnakan mengikuti pesanan” (Benham 1976:79)

Melanjutkan penyalahgunaan kata Utopia menjadi brimborium, mendapatkan. Stanly Fish lebih menyakitkan. Di melihat tidak ada perbedaan antara sikap pasrah, utopia dan para penyembah berhala, mempercayai tiap mereka mempertahankan perubaha dan memperkuat status sosial. “Orang yang pasrah berkata. “lihat tidak ada pilihan lain yang mutlak diperlukan untuk situasi sosial dan politik kita... Seorang Utopia melihat bahwa ada tiga cara untuk memulai dengan lebih tepat dan memuaskan kemudian dia akan mengetahui apa yang harus dia ketahui sekarang, tapi dia percaya bahwa tujuan idealnya adalah tidak sepenuhnya diselesaikan saat ini... dan seorang idolator... dengan alamiah akan menghormati ketidak setujuan, seperti kejahatan dan perubahan adalah kerusakaan, dan akan mudah jatuh pada politik konservatif (Fish 1989:412)meski terlihat sinis, tujuan arsitektur adalah untuk terus optimis dan selalu ingin melihat arsitektur masa depan.

Penafsiran Arsitektur utopia,  berfikir, seperti utopia dalam tafsir arsitektur, hal yang salah adalah ketika “sebuah bangunan memiliki model aktual untuk menampilkan techniciencs de la forme architecturale, meski mencoba untuk mengusulkan mekanisme yang baik untuk la vie ludigue sekeder digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan pelanggan” (Benham 1976:83)

Tetapi, sejak arsitektur arsitektur memperhatikan darimana ia berasal, mereka tidak meninggalkan apapun untuk diubah atau diimajinasikan, karena itu adalah wilayah mereka. Penampilan dari nilai arsitek dilihat dari jalanan, berfikir, untuk mengatakan tujuan. “megastruktur adalah sebuah kota ideal yang mengandung orang-orang Utopia,” sebuah tahap untuk “Homo ludends, tipe arsitektur”.

Arsitektur adalah sebuah tahapan untuk tujuan sosial yang dipadukan dengan ide sebagai ludibirium, sebuah drama fiksi atau perumpamaan, Dame France Yates dikembangkan dalam The Rosicrucian Enlightenment (1972), Kota Bacon New Atlantis, sebuah pola yang dimotori Latin ledere.

Stanly Tigerman berpendapat bahwa “kita berada pada keadaan dipengasingan. Post modern America, seperti mendekorasi ulang masa Renaisennce, menginginkan yang lain, waktu yang singkat. Amerika adalah sebuah tanah untuk ditemukan dan yatim piatu, yang terpisah dari orang tuanya dan mengembara pada pencarian keabsahan di dunia untuk sejarah lainnya dari priode yang panjang (Tigerman 1988:154).  Utopia adalah hidup dalam arsitektur, bukan sebuah ide konvensional dimasa depan tetapi sesuatu yang asing saat ini, sesuatu yang tidak-bertempat disini dan saat ini desainnya yang berbicara untuk mencoba dikumpulkan, kata yang tidak familiar mencoba untuk memesan arsitek yang tidak familiar menajdi kandidat digunakan dimasa mendatang.

Terlepas dari semua hal di atas, pandangan Islam tentang hal ini jauh lebih mengagumkan... Insya Allah akan saya tulis secepatnya ^^

Komentar

  1. Mbak bisakah beri tahu saya jika sudah ada blog pandangan Islam mengenai design tersebut melalui email?? Terimakasih..

    BalasHapus

Posting Komentar