Berderet-deret, berbaris-baris, berbanjar-banjar, berliku-liku, anak kecil berumur 8-12 tahun ini sedang bekerja rodi. Sebagian membawa timba, sebagian lagi membawa selang. Ini budaya Ramadhan. Tiap anak di desa ini akan bekerja sama membersihkan aquarium di setiap rumah. Malam kemarin sudah dirumahku, maka malam ini kami bergerilia ke rumah Agri.
Bagaimana pula,
desa yang belum terntu kelihatan di google map ini bisa kompakan memiliki
aquarium. Inilah “ajibnya.” Kami berkumpul di desa ini karena satu alasan yang
sama. Yaitu, salah satu dari orang tua kami berprofesi sebagai guru di sekolah
yang sedang dirintis dengan keringat dan air hujan ini. Sekolah kejuruan ini
memiliki jurusan perikanan yang kelimpahan aquarium. Karena kuota jumlah
aquarium ternyata lebih banyak dari jumlah siswa dan kebutuhan belajar. Maka,
kepala sekolah menyarankan untuk aquarium ini diangkut saja ke rumah masing-masing
guru. Korupsi? Aih, ini efisiensi. Karena, jika tidak digunakan aquarium ini
juga akan tetap mengalami masa susutnya. Dengan catatan akan dikembalikan lagi
nanti saat diperlukan oleh sekolah.
Baik, kami yang
terbiasa berjalan-mengekor-berputar dan bernyanyi bersama ini jika Ramadhan
memiliki Markaz Besar bernama Mushalla Al-Furqan. Hampir setiap jam dalam
Ramadhan kami habiskan waktu di Mushalla ini. Merencanakan permainan-permainan
baru, mengaji Al-Qur’an, membersihkan masjid, menjemput kueh Tarawih dan segala
aktifitas kami lakukan disini tidak terecuali beristirahat sambil menghitung
putaran jarum jam yang terasa lamaaaa... sekali Magrib.
Jika yang lain
menguap-nguap, sembunyi kebelakang, berkikik-kikik dan kadang-kadang jahil
mengikat telekung kami hingga hampir terjungkal ketika Shalat. Maka, aku dan
beberpa temanku adalah orang yang tetap keu-keuh
melaksanakan shalat sampai selesai. Bahkan, pernah satu kali, ketika shalat
subuh berjama’ah pada sujud pertama rakaa’at ke-dua, temanku Febry tertidur,
hingga kami salam ia masih dalam posisi sujud pertama. Hua...
***
“Ini, sudah
hampir setengah Ramadhan” pekik Komandan kami yang bertubuh kurus, berkulit
putih, berambut agak pirang –kata temanku ia keturunan bulek, tapi kata ibu ku itu karena sinar matahari-
“ehem...ehem...”
kami semua mendeham. Dalam apel malam setelah Shalat Tarawih ini kami semua
seperti serdadu Waffen SS dibawah komando Hitler.
“Kita harus
menaklukan pohon Nangka itu” Malam yang dingin seketika hangat. Kami yang
perempuan saling memegang ujung telekung masing-masing.
Syahdan, kisah
pohon nangka begitu horor. Posisinya terletak tepat di sudut jalan desa ini. Berada
di belakang kamar mandi sekolah yang konon katanya akan ada suara orang mandi
di malam hari. Desas-desus mengenai perempuan yang tertawa di atasnya santer
terdengar di kampung kami.
Kami semua mulai
kecut dalam barisan bersenjatakan obor bambu ini. Aih, ingin rasanya
mengibarkan bendea putih dan berkata “aku keluar dari pasukan kusus Ramadhan
ini”
“Baik-Baik...”
komandan kelihatan mengerti apa yang kami rasakan, ia berjalan berputar
mengelilingi kami yang sedang berbaris dalam banjar empat ini. Satu-satu nama
kami di panggilnya.
“Agri, Adit,
Nova, Nanda” kalian pindah ke barisan depan. Terus ia menyusun barisan kami
sampai habis setiap nama dipanggilnya.
“Kalian paling depan
karena kalian yang sudah paling banyak tilawahnya. Paling rajin orangnya, dan
paling sholih di antara kami” air muka ke empat teman kami yang terpilih di
depan barisan terlihat berimbang, antara bangga dan juga tak bisa menutupi rasa
takut yang mendalam.
bersambung dulu ya...
Waaaa...ada kucing di ataspohon nangka
BalasHapusjeeh,.
BalasHapusMasa besambung..
ah, kecewa pembaca..
huhuhuhu
:D
kak Eqi, hehehe... ambil dari google,
BalasHapusNazri, tunggu cerita selanjutnya ya... hehe
Ya ampun ceritanya bersambung...
BalasHapusBelum terasa pun horor pohon nangka yg sebenarnya kak -__-
ras masih ingat g dulu semasa bulan ramadhan tepatnya di hari ke 17 puasa nuzulul Quran, kita suka iseng dari bawah musholla menusuk2 bungkusan nasi untuk mengetahui isi bungkusan.. heheh ras menurt laras tokoh kakak gimana ya?
BalasHapusWhee... kisah nyata? Semacam cerpen ya...
BalasHapusditunggu kelanjutannya :)
itu kisahnya nyata ga de? kok namaku ga ada. hahaha....
BalasHapusMb' Puput, ia mb' jadi ingat, hehe... tapi tulisan di atas juga belum pada selesai mb' hehe... insya Allah mau diselesaikan... harus... harus... (tapi kadang semangatnya mood2an mb' hehe
BalasHapusKhaira, hehe... campur2,ada nyata ada tidak nyatanya khaira :D
mb' Ranti, campuran mb' kalau keingat mb' ranti yang juara terus, hehe