Tukang yang Berkarakter

Karakter sebuah produk dari pembinaan yang tidak main-main.

Sebuah kisah menarik tentang bagaimana seorang yg bernama Hafizh binaan langsung dari ustadz Hasan Al-Banna mampu menunjukkan bagaimana seharusnya output dr pembekalan mingguan yg terus kita lakukan,


Suatu hari Monsidur Solente, seorang insinyur di Terusn Suez, memangil Hafizh untuk memperbaiki perabotan rumahnya. Ketika bertanya tentang onkosnya, Hafizh menjawab, "120 sen". Dia lalu membentak dengan bahasa Arab, 'kamu jahat!' tetapi Hafizh berusaha untuk menahan diri dengan tenang bertanya, "kenapa jahat, pak?" jawabnya, 'karena kamu minta lebih banyak dari hakmu sendiri'. Hafiz berkata, 'baik, aku tidak akan ambil upah dari bapak. Tapi, kalau bapak mau, silahkan tanya tukang-tukang yang menjadi bawahan bapak. Kalau mereka mengatakan bahwa saya minta upah lebih dari yang semestinya, maka saya siap dihukum dengan bekerja tanpa dibayar. Tapi kalau mereka mengatakan bahwa saya minta upah di bawah standar, maka saya relakan kelebihannya.'




Solente memanggil tukangnya dan bertanya, ternyata sang tukang memperkirakan upah untuk pekerjaan itu tak kurang dari 200 sen. Mengetahui ia salah, Solente langsung menyuruh Hafizh untuk bekerja, namun Hafizh berkata "akan sy kerjakan. Tetapi bapak telah menghina saya karna itu bapak wajib minta maaf pada saya".

Solente marah besar dan tak mau minta maaf dengan menyebut-nyebut nama raja Fuad. Hafizh menanggapinya dengan tenang "ini kesalahan lain lagi pak, sebagai seorang tamu yang tahu sopan santu dan bagaimana mengakui kebaikan tuan rumah seharusnya bapak tidak melontarkan kata-kata seperti itu." panjang lebar mereka tawar menawar mengenai maaf tadi. Solente berkata agaknya aku berbicara dengan advokat, bukan tukang. "Kamu tidak tau aku ini insinyur besar di Terusan suez? Bagaimana bisa dibayangkan aku minta maaf kepadamu?" Hafizh berkata,"'dan apa bapak tidak tau bahwa Terusan Suez itu di negri saya?".

Orang itu mondar mandir, lalu menggebrak mejanya sambil berkata "aku minta maaf, Hafizh, dan aku tarik kembali perkataanku tadi". Hafizh bangkit dari duduknya mengucakan terimakasih dan mulai bekerja.



Setelah selesai, Solente membayarnya 150 sen. Hafizh mengambil 130 sen saja. Solete berkta, "Ambil saja itu sebagai tambahan". Hafizh menjawab, 'Tidak, agar saya tidak mengambil lebih dari hak saya dan saya jadi penjahat". Solente terperangah, "aku heran, mengapa tidak semua pekerja Arab sepertimu, yakni famili Muhammad?, terima kasih, terima kasih, kamu telah berbuat banyak,"

Komentar