Team Building itu Mirip Naik Angkot

Setelah satu harian kemarin dapat gelar "Serius" Lari ngambil cermin, yang ngomong pasti ngibul ni, tu di wajah gak ada tulisan serius. 


Bekerja dalam tim itu itu mirip-mirip kaya naik angkot, ada sisi positif ama negatifnya. positifnya saya coba jelasin ya mas bro, pertama kita bisa ngemat uang (secara naik mobil sendiri harus pakai Pertamax), kedua green dengan makin banyak yang naik angkot maka makin sedikit yang menggunakan kendaraan dan makin sedikit pula polusi dan yang paling mulia adalah sesuai dengan cita-cita bangsa yang terjabarkan dalam pembukaan UUD 1945... (gak percaya? saya lagi serius ini. coba aja di chek satu-satu ya).


Sisi negatifnya? Nah, bisa jadi dan sering terjadi kita gak kenal ama yang ada di angkot satupun, dari mana asalnya? berapa nomor hpnya? sepatunya mereka apa?... (dipotong gak penting). Jadi kita gak bakalan tau Parfum apakah yang dia pakai? mulai dari parfum paling mahal, sampai parfum keringat pun menjadi satu dalam melodi "perangkotan".



Jadi begitu juga kita dalam satu tim, dengan ragam warna bawaan lahir yang beda-beda, kita memiliki karakter khusus yang kadang akan berbenturan dengan warna teman-teman kita. seperti naik angkot tadi, mungkin yang pakai parfum mahal mikirnya gini "Ya Allah, ni orang di sebelah bau keringat banget ya. gak tau nyesekin orang bernapas apa". kalau yang keringatan mungkin mikir gini "Wah, jadi keinget Emak di kampung,' jangan gunakan uang untuk yang tidak perlu' orang yang disebelahku ini pasti pakai parfum mahal, astaqfirullah aladzim... betapa borosnya" Nah lo, kalau begini siapa yang benar siapa yang salah? hihi...

maka daripada hal di atas, seorang ahli ilmu sosial mengatakan salah satu hal yang penting dalam sebuah tim adalah menghindari kegiatan yang bersifat "khilafiah" (masih dalam perdebatan). karena masih karena ahli sosial itu ya "tim yang efektif dibangun dari suatu perjalanan pengalaman yang kaya dari masing-masing anggota sehingga dapat saling mempengaruhi dan berbagi serta dapat merubah dan membentuk satu pola perilaku baru yang sinergis diantara mereka"

Jadi, biarlah angkot kita berjalan dan seiring perjalanan nanti kita bisa saling memberi saran. Tapi, gimana cara mulai komunikasinya, e... uda gak tahan bau diangkotnya duluan.


"Apakah yang anda rasakan perasaan kuatir? frustasi? ketidak pastian? kesadaran diri? tidak sabar?. Jika ia selamat anda SUDAH SIAP UNTUK BELAJAR" (gaya Romie Rafael, dengan mata saya yang katanya "ngantuk" terus) 

Jadi, angkot kita dapat tetap melaju (angkot lagi). Tapi ya begitu yang didalam uda nyaman, e... ni angkot bocor ban, habis minyak. ke luar uang lagi. waktu lagi di jalan berbatu-batu e... pada kesenggol-senggol jadi pada sinis. seiring waktu kita mampu menjadikan sengolan-senggolan itu menjaidi sebuah seni dalam kerja tim kita. yang akhirnya.... Syalalal... kita merasakan teman kita dalam satu tim sebagai saudara kita yang akan kita bela jika dianiaya, diberikan infaq jika kurang uang, dibelikan baju jika tak punya, ditebengi motor meski sama-sama punya motor, dipinjemi pulpen meski akhirnya minta kembali. hihi...

Intinya adalah ketika menaiki angkot maksudnya bekrja dalam tim yang kita butuhkan adalah kesadaran bersama akan forming (pembentukan), Stroming (banyak gangguan), Norming (menciptakan norma) dan yang terakhir performing. 



TEAM (Together Everyone Achieves More)
Salam "Indonesia terlalu besar untuk dibangun seorang diri"

Komentar