Mahasiswa Berprestasi Unsyiah?

Kabarnya saya dinobatkan sebagai ''The Best Engineering Collegians 2012'' sekaligus ''Mahasiswa Berprestasi Unsyiah 2012''.


Apakah ini sebuah pencapaian?
Jika saya menganalogikan hidup ini seseuatu yang terus saja berjalan (organik) maka ini adalah satu bagian dari anak tangga untuk terus bertumbuh, meski tentu saja bertumbuh tidak semata harus diartikan secara matrealis.


Dibalik beberapa pertanyaan yang tiba-tiba menghampiri saya. Kemudian, ada yang mencoba menjadikan saya sebagai inspirasi study, inspirasi berorganisasi dan lain sebagainya. Namun, IPK saya yang bisa dikatakan sangat-sangat standar akhirnya juga mengetuk dada saya untuk membuka fikiran saya tentang sesuatu yang lebih universal.

IPK Rendah Juga Bisa Jadi Mawapres...
Jika anda berpikir take line ini kemudian bisa dijadikan falsafah bagaimana sebuah prestasi, maka saya gagal menjadi contoh yang baik. Bahkan bagi diri saya sendiri. Jika saya mencoba “mengilmiahkan” sesuatu yang demikian mungkin saja bisa dilakukan seperti bagaimana awalnya saya pernah mengeluarkan kata-kata itu. Namun, ada aspek emotional yang kemudian membuatnya terasa begitu kering. Kerontang.

Namun, jika anda gunakan sebagai inspirasi untuk bertumbuh dalam progres yang terus menampakkan cabang-cabang dan ranting-ranting barunya tentu ini kemudian menjadi menarik.

Setidaknya saya merasa ini adalah hak teman-teman dan kewajiban saya untuk sedikit menulis tentang pantaskah saya untuk dinobatkan sebagai mawapres Unsyiah dan teman-temanpun pantas untuk itu.

Mindset
Anda mahasiswa baru? Atau bahkan akan?. Mengenai pada pilihan mana anda akan berjalan nanti perhatikan benar pondasi mana yang akan anda jadikan landasan membangun diri. Sejak awal memasuki arsitektur yang ada di benak saya adalah profesi ini begitu pragmatis. Tak mungkin si miskin datang untuk meminta rancangan rumahnya. Kemudian, mindset yang demikian yang membuat saya tak begitu menyukai beberapa hal dalam perkuliahan saya dan menyukai beberapa hal lainnya.

Is it the right way to achieve your dreams?
Apa  impian anda? Semoga bisa terwujud dan kita bisa berkolaborasi menuju dunia yang lebih baik. Ah, dalam perjalanan menyusuri lorong-lorong perkuliahan ini. saya kebingungan dengan pertanyaan “apakah benar ini jalan menuju mimpi-mimpi itu”. Mimpi mendirikan perusahan berskala International dengan karyawan satu milyar orang. Ah, setidaknya jadi penguasa Asia. hihi... Keep it in clear vision. Step menuju ini saya mulai bahkna ketika di bangku SMP. Tiap libur semester impian saya adalah magang di perusahaan-perusahaan pengepul kopi. Apakah profesi arsitektur ini menjanjikan untuk mendapatkan yang demikian?

Terlalu banyak yang menarik. Apa yang harus saya lakukan?
Sekali lagi, mungkin keep it in clear vision. Terlalu banyak yang menarik. Setidaknya saya ingin menuliskan buku-buku diktat Arsitektur dan lain sebagainya.

Mungkin 3 hal diatas menjadikan saya menjauh dari arsitektur. Namun, pada titik ini semoga saja semuanya mampu melebur dalam satu titik pacu saya. Terus belajar, bekerja, belajar, mendengar, belajar, dan kemudian terus saja belajar.

Jika saja ketiga hal yang terdiaknosa menjadi kesalahan saya. Maka menaikkan IPK dalam semester-semester berikutnya adalah progres positif yang seharusnya saya lakukan (semoga saja demikian). belajar menjadi perancang yang baik.

On progress menuju mahasiswa yang lebih baik, setidaknya inilah impian saya dalam waktu dekat “Kampung Kota, dari modern menuju tradisional. Jika tradisional menuju kemana?” semoga bisa mendapat International best paper price. “Laras Reaserch Institute” tidakkah kita paham apapun yang ada disekitar kita ini menarik dan sangat bernilai. “Studio sederhana” dan semoga dalam tahun ini ada keputusan “Dengan Profesi ini saya akan menyambung perjuangan saya”.

Salam semangat teman-teman luar biasa. Colaboration is always the needed. Saya yang sangat membutuhkan kolaborasi teman-teman. 

Komentar

  1. teruslah belajar itulah kuncinya, tapi mungkin tak harus menjadi orang lain, perkuat talenta yang sudah ada pada diri, perihal berarsitektur toh tak harus lewat serangkaian karya disain, tapi lajur lain yang masih langka, yakni dunia kritik arsitektur yang tentu sudah sehati dengan laras. Siapa yang tak kena Charles Jenck, si tukang kritik itu, berarsitektur dengan mengkritik,,dengan menuliskannya, bukan lewat disain dengant lembar lembar gambar konseptual 2D dan 3D modeling hingga maujud..Di ranah nasional, kita mengenal Prof Josepth Prijatomo, jarang bahkan langka dalam uruasan rancang merancang, tapi kaya pengalaman dalam kritik mengkritik, dan tentu saja keluarannya lewat tulis menulis..sering tulisan para tukang kritik ini sangat melambungkan karya seorang praktisi arsitektur yang bergelut kubang dengan ranah disain..mereka2 itu jadi arsitek besar karena percanggahan para ahli kritik yang mempoluerkan sebuah karya lewat tulisan2nya..Inilah uniknya ranah arsitektur yang tak ditemui tradisi kritiknya di pumpunan ilmu2 lain spt sosiologi, antropologi sains,dll. Terkecuali dengan dunia susastra dan seni yang juga mengenal ranah kritik mengkiritk ini, kritik seni, kritik sastra, atau setidaknya apraesiasi sastra dan apresaisi seni..Karena, ranah arsitetkur melibatkan unsur yang kadang sukar di rasionliasasikan lewat metode sains,yakni rasa..maka pendekatan apresiasi dan kritik adalah salah satu kaidah untuk menilainya..

    BalasHapus

Posting Komentar