Ukhuwah yang Merajut Ceria :D


 "Sudah berapa juz hari ini?"

Alhamdulillah sebelum subuh tadi aku telah selesaikan 3 juz. “Sombong?”. Ah, tak bermasud demikian, ingin kutulis di sini aku sedang terinspirasi dengan seorang akhwat yang telah rutin melakukan hal demikian. Bahkan ia bertekad untuk mengkhatamkan Al-Qur’an seminggu sekali. Kutuliskan ini sebagai pengingat. Pengingat kita pernah berada dalam satu titik perjalanan hidup ini. Kita dengan berbagai kekurangan dan kelebihan kita disana sini.

Ukhti shalihah nan keibuan
Kita beri saja ia inisial U, jika berjalan bersamanya aku tak  asing jika ia dipanggil “Mak e…”, sangat sederhana dan bersahaja. Dialah orang yang begitu baik amalan yaumiyahnya. Dialah orang yang kusebutkan di atas sebagai orang yang rutin betilawah di atas standar yang lain. Ia juga orang yang sangat disiplin. Jika berjanji pukul 3 maka biasa ia akan datang lebih awal. Kecuali, ketika dia memutuskan pergi bersamaku maka ia akan terkena imbas terlambat juga.
“Kak sebelum pergi, siapin baju hujan, jaket dan jangan lupa bawa air minum. Semangat menghafal satu hari dua baris, hihihi…” ini pesan singkat yang hampir ia kirim rutin ke hp ku. “kakak ini banyak kali makannya” ini dia celetupan khasnya ketika aku kelewatan ngemil. Dengan kesibukannya berkuliah di Fakultas Kehidupan kata mereka dan berbagai amanah yang diembannya ia tetap memesona dengan pesona keibuannya dan kesedrhanannya. Ia memulai harinya pada pukul 3 pagi dan menutupnya pada pukul 12 malam. Ketika dalam keadaan panik, dialah orang yang paling bisa diandalkan untuk menenangkan suasana.

Ukhti cantik nan bijaksana
Ini teman saya, teman baik saya yang juga begitu baik. Ia cantik, ini sungguh sangat relatif. Namun, kesan pertama yang biasa orang sebut ketika melihatnya demikian. Sejak SMA saya mengenalnya ia masih demikian, masih begitu rapi, tegas, dan lembut. Meski saat ini ia memiliki dua rumah (rumah sakit dan rumah sendiri) ia tetap konsisten dengan merapikan apapun yang ia tinggalkan. Tak pernah saya melihatnya memiliki cucian bertumpuk-tumpuk meski terkadang ia di rumah tak sampai 5 jam semua pekerjaan “domestic” selesai dibereskannya.
Ia orang yang begitu baik dalam perencanaan, sebut saja seperti malam tadi. Ia beristirahat dengan pakaian rapi dan lengkap. Ketika menjelang subuh kutanyakan mengapa demikian. Ia menjawab “kalau ada panggilan harus ke rumah sakit biar langsung bisa pergi kak.”
Meski dia memanggil saya kakak. Terkadang dalam banyak hal dialah yang lebih bijak menyimpulkan dan memutuskan sesuatu. Ia begitu menikmati ketika bisa bermanfaat bagi bersama terlebih pada hal-hal yang sifatnya kepedulian sosial.

Ukti Cerdas nan Mengispirasi
Ialah pembaca sejati. Segala bacaan ia baca, ia baca bahkan dengan meresumenya.  Ia orang yang begitu cerdas. Cerdas dalam membaca dan menulis. Selalu melihat kedepan dan begitu amanah. Semangatnya menggebu-gebu diikuti dengan kerja-kerja yang begitu baik ia kerjakan. Ia menyukai puisi, dari sini kukenal betapa lembut hatinya. Meski kelihatannya ia begitu serius dan impiannya begitu tinggi. Sungguh, ketika aku malas mengingatnya adalah energy untuk semangat membaca, produktif menulis dan melakukan segalanya dengan usaha-usaha terbaik.
Mentalnya begitu hebat, tak jarang aku berdecak kagum pada keputusan-keputusan praktis yang ia ambil. Terimakasih S untuk semangatnya… :D

Ukhti yang begitu lembut
Ia biasa memulai percakapan dengan “kakak pingin nanya pendapat laras dek, gimana kalau begini?” padahal ku rasa ia sudah bisa menebak jawaban-jawabanku. Hanya saja kerendahan hatinya membuatny menjadikan seluruh manusia di dunia ini sebagai guru. Lulusan Cumloude dengan IPK tertinggi diangkatannya ini begitu lembut. Semua hal ia pertimbangkan dari banyak sudut pandang. Bahkan, dalam kesusahan sekalipun ia akan berusaha untuk tidak merepotkan.
Kelembutannya menjalar kemana-mana. Dari aku mengenalnya, tak pernah ia meninggikan suaranya, nahkan terkadang aku memintanya mengulang lagi kata-kata yang ia ucapkan karena beitu lembut suaranya. Selalu menjadi manusia yang seolah tak berambisi dengan capaian hidup yang selalu saja tinggi membuat saya takjub dengan kakak yang begitu lembut ini.

Ukhti perkasa nan pemalu
“kak, besok pakai jlbab merah sama baju merah ya” ini kata-kata yang sering kami lemparkan padanya. Pakaiannya serba gelap. Hanya saja senyumnya selalu merekah menampakkan hal-hal yang tak tampak dipermukaan. Ia biasa hanya tersenyum dan berkata “nanti insya Allah ya…” aku dan teman-teman yang lain semakin semangat saja mengompori. Ia berbicara sepatah dua patah kata saja. Kelihatan sekali dibalik wajahnya yang terus dipenuhi senyum ia pekerja keras. Ia pemangku amanah yang baik.
Kalau saja tak tau harus apa, coba saja sekali-sekali bertanya kepadanya ia akan memberikan solusi yang baik. Seberat apapun masalah yang ia hadapi ia akan menjelaskannya dengan ekspresi “ini biasa saja”

Masih banyak ukti-ukti yang lain. Yang begitu luar biasa telah member warna dalam hidup ini. Yang menjadikan cahaya tak sekedar bias. Akan dilanjutkan menulis yang lainnya… (kita dengan kekurang dan kelebihan kita)

Komentar