FLP, Begini... begini...

“Sambil menarik garis diagonal antar ujung sisi kertas. Rara awas dengan pintu kamarnya yang kadang berderik dengan sendirinya.” Cuplikan potongan cerpen yang coba diingat-ingat pernah saya baca  tahun 2001-an.

Saya masih SD. Kakak saya yang berkacamata minus 4,5 dengan jilbab menjulur di bawah dada. Pembaca budiman, peraih prestasi terbaik di sekolahnya itu hampir dua minggu sekali membawa majalah yang saat itu saya imajinasikan seperti dirinya. Annida_ Annida masih lebih baik daripada pemeran film telenovela yang juga sangat tersohor saat itu Betty La fea.

Mulailah saya familiar dengan beberapa nama-nama penulisnya. Dan di selipan bawah namanya biasanya akan ada tulisan -anggota FLP-. Seperti teori semiotika mengenai tanda. FLP yang terus menggaung di tulisan-tulisan itu membuat saya penasasran. Waktu itu dunia cyber jelas tidak seperti sekarang. Untuk tau FLP lebih dalam juga tak mudah. Kecuali dengan mengunjungi toko buku. 

Di toko buku saya memilah-milah buku yang ada lambang FLPnya. Haha... bukan untuk dibeli, maklum kantong anak SD, saya hanya menarik kesimpulan sederhana bahwa FLP ini bukunya Islami semua.

Di tahun 2009 saya mengijakkan kaki di Banda Aceh, iseng, sambil nunggu-nunggu daftar ulang saya sering ke warnet. Karena di tahun itu juga saya mulai Tobat –sampai sekarang dan sampai mati-. Saya mulai menjelajah tulisan-tulisan cerpen Islami. Aktivitas ini sebenarnya kegitan tambahan setelah saya merapel situs-situ berita dan opini-opini pada media masa yang menurut saya menarik.

Melalui kebiasaan inilah saya kemudian menemukan kembali lambang-lambang FLP . seiring berkembangnya sosmed facebook saya mencari grup FLP. Dan di dinding grup itu saya menuliskan seperti apa yang kebanyakan teman-teman tanyakan dan tuliskan dan yng saat ini menjadi perkerjaan bidang kami di FLP ini. “jika ingin bergabung di FLP bagaimana caranya?”. Pertanyaan saya ini dijawab salah saunya dengan bang Anugrah Roby Syahputra.

Tahun 2011 saya masuk FLP

Mengikuti seranngkaian kegiatan yang dimulai dengan acara seminar “Untold Stories of Writter” saya mencoba menjadi anggota FLP. Saya diasuh Oleh Kak Mala yang saat ini seolah sudah menjadi ibu kami di FLP ketika kelas intensif. Belajar perlahan-lahan. Hingga sampai saat ini saya masih belajar karena memang ilmu saya tentang menulis ini masih sedikit sekali.

Menjadi Ketua Kaderisasi

Sak wa sangka. Dengan modal tulisan seadanya, di tahun 2013 saya menjadi ketua Kaderisasi. Setelah ketua Umum FLP Aceh Bang Ibnu harus pergi meraih cita-citanya. Ketua kaderisasi Bang Roby mengambil posisi FLP Aceh 1. Dalam sekejap saya menjadi ketua kaderisasi. Ketua kaderisasi berjalan beberapa waktu saya menjadi Pj Ketua Umum.

PJ Ketua Umum

Disinilah saya paham bahwa FLP ini memang luar biasa, jaringannya membahana, geraknya menjadi incaran mata, gebrakannya menjadi yang dinanti (sedikit lebay... hehe). Setalah berjalan-jalan ke Medan dengan ongkos dan biaya registrasi yang dibayarkan oleh FLP, maka saya memetik pelajaran berharga “inilah waktunya untuk saya menulis dan bukan momennya saya memimpin, besarnya bahtera FLP ini belum sanggup saya pimpin karena kekuatan saya tidak sebesar itu”. Bagaimana mungkin saya bisa memimpin nahkoda FLP ini sedang saya sendiri masih bingung. “Jika Nahkoda saja bingung. Arah anginlah yang akan memimpin laju bahtera” pepatah ini cukup bijak saya rasa dengan kondisi ini. 

TFT FLP Se-Sumbagut 2013

Terdengar selentingan saya menjadi salah satu calon ketua Umum. Maka, sungguh dengan segala pertimbangan saya ingin menjadi anggoa biasa saja dulu di FLP.bahkan menjadi anggota Kaderisasi itu jauh lebih baik sepertinya. :D


Acara Launching OMG My Mom

FLP (Forum Lintas Pekerjaan) sangat senang bergabung dengan FLP ini. Saya harus belajar banyak dulu ya FLP... :D

#pulang dari Rumcay. bertemu ASlan, Nurus, Kak Husna, Bang Nazri. Mereka bersemangat sekali... 

Komentar

  1. Sebenarnya, siapa saja bisa jadi nahkoda. Asal awaknya bisa memaksimalkan tugasnya.
    Kalo kapalnya cuma ngikuti ke mana pun dibawa angin, bisa-bisa kita karam sebelum berlabuh.

    Ayo, siapapun nahkodanya, kita berlayar-layar sama-sama.

    BalasHapus
  2. "With great power comes great responsibility." Kakek Peter Parker.

    Dengan menjadi nahkoda, bukan berarti tidak bisa menulis jua. Bahkan bisa jadi tulisannya akan lebih bergores dihati, lebih mendengung dijiwa. Semangat Kak Laras :D

    BalasHapus
  3. Dukung kak laras. Pasti bisa terus menjadi nahkoda sambil menulis. Tetap semangat kakak :)

    BalasHapus
  4. Bentangkan layar, kita arungi samudera!

    BalasHapus
  5. Mari kita semua menjadi warga FLP yang kalem... hehe

    BalasHapus

Posting Komentar