Roman Gadis Pantai

"Dia akan jadi Priyayi. Dia anakku. Dia akan tinggal di gedung. Dia akan memerintah. Ah, tidak. Aku tidak suka pada priyayi. Gedung-gedung berdinding batu itu neraka. Neraka. Neraka tanpa perasaan. Tak ada yang mau dengarkan tangisnya. Kalau anak itu besar kelak, diapun takkan dengarkan keluh-kesah ibunya. Dia akan perintah dan perlakukan aku seperti orang dusun, seperti abdi. Dia perlakukan aku seperti bapaknya memperlakukan aku kini dan selama ini." (Halaman 268)

Apa yang sangat membuat saya tercenung adalah kelihaian Pram melihat cara pikir dari yang ia perankan. Tulisannya begitu lincah menggambarkan ia yang menjadi manusia laut. penghuni dusun nelayan. hanya 3 jam berada di darat.

Cara berpikir nelayan ini-pun melayang-layang seperti di samudera. Jika merasa menjadi nelayan adalah kebodohan tanpa adanya pembelajaran ini adalah sebuah kesalahan. Dengan lihai masyarakat Kampung Nelayan mampu membuat siasat untuk tidak dibodohi oleh Mardinah.

Mardinah yang awalnya ingin membunuh Gadis Pantai sebagai titah dari Priyayi Demak malah berakhir menikah dengan si Dul. pria tiga puluh tahunan yang awalnya tak pernah bekerja. Ia pendendag malas dengan rebana yang tak pernah mau turun kelaut.

***

Gadis Pantai dinikahi oleh serang Bendoro. Bukan dinikahi sebagai istri sah. Beginilah, Nyonya sang Bendoro yang sah hanya berasal dari strata sosial yang sama. sedangkan yang lainnya adalah selir-selir percobaan.

Di Kampung Nelayan gadis pantai bebas tertawa dan berteriak kesana kemari. Namun, di gedung tempat ia mengabdikan dirinya sekarang ia diharuskan menjadi pengabdi yang baik. sederhana, mulai dari tak bleh tertawa berlebihan dan seterusnya. ada seorang sahaya tua yang mengajrinya. Ia yang masih berumur 14 tahun dipaksa mengerti bahwa demikianlah lipatan takdir manusia. Ia harus menjadi pelayan Bendoro yang seperti boneka tak berhati dan berpikir. apapun yang menjadi kesenangan Bendoro adalah sebuah kebaikan.

Dalam roman ini lagi-lagi Pram mengajak kita mengenal nusantara pada masa dulu. ketika seorang anak wanita ini tak memahami betul apa indhanya emas. Ia dihadiahi emas dan berlian. Namun, yang ia pikirkan adalah mengenai Emas itu adalah sebuah kehancuran. Tetua yang paling tahu di kampungnya mengajari  bahwa emas adalah awal mula bencana.

Gadis Pantai mengandung dan melahirkan anak. tiga bulan setelah lahir iapun diceraikan oleh Bendoro. Tak boleh ia membawa anaknya pulang. Ia dan bapaknya diberikan uang. Ia tinggalkan uang dan segalanya di gedung itu. Ia juga tak lagi pikirkan Bendoro dan pandangan orang. yang ia pikirkan hanyalah kesedihan perpisahan dengan bayinya.

"Maafkan aku, nak, tiada kuduga sebelumnya seperti begini bakal jadinya."

"ah, bapak, bapak orang baik. Bapak tidak salah, tidka keliru."

"kau menangis, tapi."

"Apa yang dapat bapak perbuat? Baak cuma menangis begini."

"Ah, siapa tak sayang pada anak?"

"Maafkan bapakmu yang bodoh ini, nak."

"Kita maafkan semua dan segalanya, bapak, terkecuali satu..."

"Kau bijak sana, nak. memang tak patut seorang ibu."

Silahkan membacanya jika ingin lengkap... hehe... :D

Komentar