The Alchemist, Pengejar Mimpi Harus Membaca Buku ini

Buku karangan Paulo Coelho ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1988, mungkin saya termasuk orang yang terlambat membaca buku ini. ketertarikan awal saya mencari buku ini dikarenakan beberapa buku yang saya baca mengambil kutipan-kutipan yang diambil dari buku ini.




Saya cukup menikmati tiap lembar tulisan yang ada di buku ini. seperti petuah tersirat dalam percakapan antara Alkameis dan Santiago (Bocah). Bocah bertanya pada Alkameis, "dan apa yang salah ketika alkemis-alkemis lain mencoba membuat emas dan tak berhasil melakukannya?". sang Alkemis menjawab "Mereka hanya mencari emas, mereka mencari harta dan Legenda Pribadi mereka, tanpa benar-benar menginginkan MENJALANI Legenda Pribadi itu".

Meski ditulis dengan diksi yang sangat menarik. Penulis tetap konsisten menjaga emosi novel ini sebagai novel pencarian yang membawa semangat untuk mendapatkan sesuatu. Meski membaca tiap lembarnya menarik dan memberikan pesan mendalam tapi rasa penasaran untuk mengetahui akhir dari perjalanan si bocah tetap menggebu. Dan tara..., saya cukup terkejut dan tebakan saya akan akhir dari novel ini adalah salah.

Novel ini berkisah tentang perjalanan seorang bocah yang memilih menjadi pengembala domba. Ia memilih menjadi pengembala domba karea di Andalusia tempat ia tinggal, pengembala dombalah satu-satunya profesi yang akan membawanya berjalan jauh.

Ia bermimpi tentang harta karun yang terdapat di piramida Mesir, dengan kesungguhannya bocah ini melakukan perjalanan dengan segenap apa yang ia punya untuk mencapai legenda pribadinya itu. Meski pada akhirnya dalam perjalanan ia menemui banyak rintangan. Bahkan ia harus bekerja di toko kristal selama satu tahun ia tetap menjalani legenda pribadinya.

Ketika dalam perjalanan menuju Piramida. Dalam suasana perang antar suku. Sang bocah akhirnya berlabuh di oasis selama beberapa hari. Perlabuhan di oasis inilah yang mempertemukannya dengan sang Alkemis dan Fatima wanita gurun yang ia cintai. Cinta juga menjadi ujian terberatnya untuk terus melangkah menuju Legenda Pribadinya.

"Aku akan membimbingmu melintasi gurun," Kata sang alkemis.

"Aku ingin tinggal di sini saja," jawab si bocah. "Aku telah menemukan Fatima, dan, sejauh yang kuketahui dia lebih berharga daripada harta."

"Fatima itu wanita gurun, dia tahu bahwa lelaki harus pergi agar kembali."
...
"Kau hendaknya mengerti bahwa cinta tidak pernah menahan seseorang lelaki untuk mencari legenda pribadinya. Bila dia mengabaikan pencarian itu, itu karena ia bukanlah cinta sejati..., cinta yang berbicara dengan bahasa Buana."

"Hatiku takut kalau ia harus menderita," Kata si bocah pada sang alkemis.

"katakan pada hatimu bahwa takut menderita itu lebih buruk daripada menderita itu sendiri. Dan bahwa tiada ada hati yang pernah menderita saat mengejar mimpi-mimpinya, karena setiap detik dari pencarian itu adalah detik perjumpaan dengan Tuhan  dan dengan keabadian."

Novel ini juga menggambarkan fenomena kita dalam mempelajari sesuatu. dalam perjalanannya menuju piramida bocah ini ditemani orang Inggris yang membawa banyak sekali buku. Orang inggris ini memang sengaja ingin pergi mencari sang Alkemis untuk mengetahui bagaimana cara merubah logam menjadi emas. Namun, antara Bocah dan orang Inggris ini memiliki cara pandang yang sangat berbeda.

"Kamu harus lebih meperhatikan karavan, " Kata si bocah pada lelaki Inggris itu, setelah si penunggang onta pergi. " kita melewati banyak jalan memutar, tapi kita selalu mengarah ke tujuan yang sama."

"dan kamu harus membaca lebih banyak tentang dunia." jawab orang Inggris. "Dalam hal ini buku-buku itu seperti karavan."

Buku ini bertabur pelajaran hidup. setidaknya membacanya akan sedikit mengisi kantung-kantung kemanusiaan kita yang kadang sudah jarang kita isi. untuk mengasah kepekaan dan memperdalam perasaan cinta kita terhadap ciptaan Allah berupa alam semesta ini.

Potongan singkat dalam cerita  yang cukup menarik menurut saya:

Tika warga suku datang mendekat, dan menanyakan apa yang dilakukan si bocah dan sang Alkemis di sana.

"Aku sedang berburu dengan elangku," jawab sang Alkemis.

"Kami harus menggeledah kalian untuk melihat apakah kalian ebrsenjata," kata salah satu warga suku itu.

sang Alkemis turun pelan-pelan dari kudanya dan sang bocah berbuat serupa.

"kenapa kamu bawa uang? tanya warga suku itu, ketika menggeledah tas si bocah.

"AKu memerlukannya untuk ergi ke Piramida," katanya.

Warga suku yang menggeledah bawaan sang alkemis menemukan botol kristal kecil yang dipenuhi cairan. dan telur kaca berwarna kuning yang sedikit lebih besar dari telur ayam.

"Benda-benda apa ini?" tanyanya.

"Itu Batu Filsuf dan Obat Hidup. Itu Karya Agung para Alkemis. siapa saja yang akan menelan obat itu tak akan pernah sakit lagi, dan sepotong pecahan dari batu itu bisa mengubah segala macam logam menjadi emas."

orang-orang Arab itu menertawai dia, dan sang Alkemis juga ikut tertawa. Mereka anggap jawaban itu lucu, dan membiarkan si bocah dan Alkemis melanjutkan perjalanan dengan semua bawaan mereka.

"Apa engkau sudah gila? tanya si bocah pada sang Alkemis. "Buat apa berbuat begitu?"

"Untuk menunjukkan padamu satu pelajaran sederhana dalam hidup, Bila kau memiliki harta yang sangat bernilai di dalam dirimu, dan mencoba untuk memberitahu orang lain tentang hal itu, jarang ada yang percaya"

Novel ini cukup menarik untuk di baca. Meski  tentu saja dalam membacanya kita harus menyaring informasi-informai yang disampaikan. meski terlihat sangat bijak saya pribadi tetap tak setuju dengan beberapa bagian dalam novel ini. seperti ketika sang Alkemis mengeluarkan anggur untuk di minum dan sang Bocah berkata "Bukankah anggur dilarang disini?" sang alkemis menjawab yang buruk bukanlah apa yang masuk dari mulut tapi apa yang keluar darinya"

selamat membaca :D

Komentar