Benarkah Kita Semakin Tidak Cekatan?

Sering kita dengar orang tua kita mengungkit cerita masa mudanya yang cekatan dapat melakukan berbagai kegiatan secara teratur mulai dari urusan rumah hingga publik untuk dibandingkan dengan prilaku lamban kita saat ini. bahkan dalam konteks kedaerahan hampir tiap bahasa memiliki istilah tersendiri untuk prilaku lambat ini. Dalam bahasa Gayo ada yang dikenal dengan istilah lesek (cekatan) yang memiliki lawan lemang (lembek).

sumber: photobucket.com
Benarkah kita saat ini hidup dalam prilaku kurang cekatan atau populer disebut memiliki kelambanan dalam working memory? jika hal ini memang terjadi apa yang telah menyebabkan kita memiliki prilaku demikian?

Mungkin kita menganggap hal ini sebagai masalah sepele. tidak jarang pula keluar jawaban dari anak muda menanggapi tanggapan orang tua kita ini dengan "ya... itu kan zaman dulu. Ya, Mama gak tau beban kuliah kami..." dengan frame berpikir demikian tenyata bisa jadi kita memang telah masuk dalam kelambanan working memory.


keadaan disorder ini dapat dilihat dengan seberapa sering ternyata kita telah membiasakan kebisaan-kebiasaan berikut menjadi bagian dalam hidup kita: apakah ketika kecil dulu kita terbiasa meninggalkan tugas sebelum diselesaikan (misalnya bermain tidak sampai tuntas sudah berpindah-pindah, makan tak mencuci piring), sering berkhayal tanpa kejelasan, tidak melakukan pekerjaan rumah yang diberikan sekolah, sering lupa jawaban yang sudah diketahui meski sudah angkat tangan, seringkali kacau dalam menata atau memasang suatu kesatuan, termasuk gagal menyusun dua kalimat menjadi satu. (Renald Kasali: Sindo, 2013)

jika hal di atas memang lumrah kita lakukan. Ini berarti kita memang harus sudah mulai berbenah. karena kelambanan working memory kita memang sudah mendarah daging semenjak kita kecil. 

Kemudiak, apakah kondisi demikian membahayakan? Rhenald Kasali masih dalam tulisan yang sama memaparkan bahwa Di negara-negara industri, problem seperti ini sudah lama disadari dan mereka mengambil langkah cepat untuk memperbaruinya. Tanpa kecekatan, produktivitas perekonomian suatu bangsa akan terhambat. Orang akan saling menunggu, menjadi penonton dan penumpang, bukan duduk di depan menjadi pengemudi. Dijamin dengan upah minimum yang tinggi, suatu ketika mereka akan menjadi sangat menuntut walaupun produktivitasnya rendah.

Lantas mengapa kecenderungan ini bisa muncul. Mungkin jika kita mau mendengarkan cerita perjuangan hidup orang tua kita. Bisa kiranya kita bandingkan dengan tantangan hidup ketika kita kecil yang mau tidak mau akhirnya membentuk prilaku kita. bahkan dalam kondisi tertentu di masa kecil kita, akibat banyaknya kemudahan yang diberikan kita cenderung tanpa berpikir berbagai hal yang kita ingini bisa datang sendiri.

Annie Stuart (2013), ahli pendidikan, mengatakan, orang tua dan pendidik sebaiknya mengenal kemajuan kualitas keterampilan working memory anak-anaknya. Janganlah kita membiarkan anak-anak hidup seenaknya, boleh melakukan apa saja, dan abai dalam bertanggung jawab. Semua itu harus dilatih agar mereka kelak mampu menjadi pribadi yang unggul, bukan pelupa yang ignorant.  (idem)

Komentar

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus

Posting Komentar