Klepek... Klepek... dengan Pria romantis atau lebih memilih yang diromantiskan oleh Allah?

Kalau cewek-cewek pada nonton film drama korea maka tak jarang satu dua adegan akan membuat si cewek seolah ikut merasakan. Terbang, berimajinasi tentang datangnya seorang pangeran nan romantis. Hua... jerit-jeritan... senyam-senyum sendirianpun akhirnya menjadi aktivitas yang lumrah.

Agak lompat ni, sebagai pengantin baru banyak yang sebenarnya ingin saya tuliskan. Namun, ini menjadi salah satu bagian yang ingin sekali saya bagikan. Saya pribadi datang dengan latar belakang wanita yang cenderung kurang menyukai   film-film romantis. Tidak pernah saya membayangkan akan datang seornag pangeran yang akan membawa suasana-suasana romantis.


Hari itu menjelang tepat sebulan pernikahan kami, 9 April 2015 dan tepat pula dengan hari ulang tahun saya. Terbiasa dengan tidak begitu serius menghadapi pergantian umur sayapun tak berpikir muluk-muluk untuk adanya kejutan-kejutan. Sekitar pukul 10 malam suami saya minta izin keluar yang katanya ke tempat kerjanya untuk mengambil kunci karena besok pagi-pagi yang jaga kantornya belum tentu udah pulang dari jaga malam. 

Hampir pukul 12 malam dia belum juga pulang. Karena hp saya sedang agak rusak jadi saya kurang memperhatikan hp. Karena yakin dia baik maka saya berhusnuzan saja mungkin ada beberapa hal yang harus dia selesaikan. Ketika pukul 12 malam terdengar suara motornya masuk ke halaman. Kemudian ia bisikkan di telinga saya “Sayang selamat ulang tahun.” Hampir menetas air mata saya dibuatnya. Dari getar suaranya tampak betul ia belum pernah melakukan hal semacam ini. Orang yang bahkan dijuluki “oom garang” oleh teman-teman saya yang belum mengenalnya ini mengumpulkan seluruh energi kekuatannya untuk berusaha menjadi pria romantis. Tak banyak memang ia berkata apa-apa. Malah kali ini seolah ia yang menjadi anak gadis kasmaran dengan rona merah di pipi. Ia kebanyakan menunduk sambil memberikan kue  berwarna kuning bertuliskan “Saling Bergenggaman hingga ke Surga.” Kemudian, ia ceritakan mengapa ia pulang terlalu malam karena ia menunggu kueyang dipesannya 3 hari lalu itu baru siap pukul ½ 12 malam. 

Cake Kuning mengejutkan

Sehari setelah kejadian. Kami harus menggunakan hp yang sama karena Hpku sedang henk. Ku baca salah satu chat di bbmnya dari temannya yang kemudian juga membuatku ingin meneteskan air mata. Ia berdiskusi dengan salah seorang sahabatnya untuk meminta saran apa yang harus ia katakan. Apa yang harus dia lakukan. Mungkin dia bukan bak sastrawan yang mampu mengeluarkan banyak kata. Namun, usahanya untuk menjadi pria romantis cukup membuatku terayun dalam hangatnya suka cita bahwa satu titik proses hidup ini haruslah dipelajari dengan serius.

Kami yang baru sempat mengenal lebih dalam ketika ijab qabul telah terucap terus berusaha untuk mengenal dengan cara yang baik dan panduan yang baik. Bersepakat bahwa mempelajari tak cukup hanya melalui pengalaman dan mendengar saja maka membaca adalah ha wajib untuk meningkatkan kualitas proses pekenalan kami. Ya... mungkin romantisnya suami saya juga dipengaruhi apa yang selintas ia baca.

Hikmah terbesar yang saya dapat dari peristiwa ini untuk cewek-cewek yang kebetulan belum menikah adalah tidak terlalu mudah terpesona dengan pria romantis yang belum menjadi suami kita. Dan menjadi romantis adalah proses hidup yang hampir mirip dengan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Yang paling penting adalah keterbukaan kita untuk senantiasa mau mempelajari hal-hal baru yang memang baik untuk dilakukan. Tidak terlalu keras pada kebiasan-kebiasaan hidup semisal “saya tidak romantis,” “saya pemarah,” “saya pelupa,” “saya tak pandai ini dan itu” tapi mungkin bisa diperhalus dengan “Saya kurang romantis. Tapi karena Rasulullah sangat romantis saya akan coba menjadi romantis,” “saya tidak pandai memasak. Tapi karena menyiapkan bekal sehat adalah satu kewajiban dan kebaikan kelak. Maka saya akan belajar” 

Selamat membangun cinta cewek-cewek shalihah... :D

Komentar

Posting Komentar